Saturday, February 26, 2011

Ghadafi bertekad hanguskan negara


Tripoli – Infopalestina: Pemimpin Libya, colonel Moamer Kadafi berjanji akan melakukan pertempuran hingga akhir demi mempertahankan jabatanya. Ia mengatakan, para demosntran yang menuntut dirinya mundur telah menantang sanksi pembasmian. Ia pun menyerukan semua pendukungnya di seantero negeri untuk keluar menghadapi para pembangkang dan mengusir mereka dari tempat persembunyiannya. Ia menegaskan dirinya tidak akan meninggalkan negerinya.

Kadafy berjanji akan menggunakan kekuatan senjata untuk menghadapi para demonstran sebagaimana dilakukan pemerintah Rusia yang dipimpin Boris Yaltsin yang menggempur kantor parlemen dengan roket dan bom. Demikian juga ketika Amerika membombardir kota Faluja di Irak untuk menggulingkan pemerintahan Saddam Husein. Namun ia menyatakan, dirinya belum menggunakan kekuatanya dan belum mengintruksikan hal itu.

Kadafi menyerukan para pendukungnya untuk keluar dari rumah-rumah mereka dimulai pada malam ini, untuk menghadapi dan menghabisi para perusuh dan mengamankan jalan-jalan serta mengendalikan keadaan. Mereka diminta untuk menangkap para “tikus’ dan menyerahkanya pada pemerintah. Besok akan dimulai aksi komite rakyat tersebut.

Selain itu, Kadafi menyebut para demonstran sebagai tikus-tikus Negara atau tentara bayaran yang bergelut dengan serbuk narkoba. UU Libya menyebutkan, aksi tersebut harus dihabisi. Ia juga menyerukan seluruh rakyatnya untuk membersihkan rumah mereka dari para tikus tersebut, sebelum para demonstran menyerahkan diri mereka masing-masing.

Berulang kali, Kadafi mengatakan, alternative dari rezimnya adalah berdirinya pemerintahan Usamah bin Laden (pemimpin organisasi AlQaidah). “Amerika tidak akan pernah mengizinkan hal tersebut. Pergilah kalian ke timur yang saat ini dipimpin para pengikut Ben Laden. Kadafi meminta para pendukungnya untuk membebaskan semua wilayah dari para demonstran, secepat mungkin. Demonstrasi di Libya terlarang, kecuali jika menyangkut urusan luar negeri. Pemberontak baik dengan senjata maupun tidak biasanya mendapat dukungan internasional.

Sebelumnya, menteri dalam negeri Libya, Abdul Fattah Yunus mengundurkan diri dari jabatanya dan mendukung aksi massa pada 17 Februari kemarin. Dalam rekaman suaranya yang dilansir aljazzera Abdul Fattah menyerukan militer agar bergabung dengan rakyat serta merespon tuntutanya. (asy)

No comments: